02 Dec

Dosen Fisika UMLA Mengolah Sampah Menjadi Briket Lolos Pendanaan Matching Fund 2023

Lamongan-Tim dosen Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA) lolos pendanaan dari Kemendikbudristek terkait Program Matching Fund tahun anggaran 2023 batch I gelombang 3. Ketua Tim Program Matching Fund UMLA, Muktamar Cholifah Aisyiah, M.Si (Cholifah)

Seperti apa program ini? Cholifah menjelaskan program matching fund ini merupakan program kerja sama antara perguruan tinggi dengan mitra. Kebetulan mitra UMLA dalam program dimaksud adalah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lamongan.

Fokusnya adalah pengelolaan sampah. Sebab permasalahan sampah di Lamongan masih belum  teratasi dengan baik. Sekitar 30 hingga 70 persen sampah belum tuntas. Terlebih sampah sisa pengolahan. Yakni sampah setelah proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) masih ada sisa sampah yang tidak bisa dilakukan pengolahan lagi.

Tim Dosen UMLA Olah Sampah Jadi Briket Lolos Matching Fund Kemendikbudristek 1

“Berdasarkan hal ini kami mempunyai teknologi briket atau teknologi   bahan bakar dari hasil pengolahan sampah. Selain itu hasil pengolahan ini akan diubah menjadi briket dan siap untuk dikomersilkan alias dijual,” ujar Dosen S1 Fisika UMLA ini.

Tujuan utama program Matching Fund UMLA-DLH Lamongan ini untuk menyelesaikan persoalan sampah bisa teratasi. Selain bisa dikelola juga dijadikan produk jual mendapatkan income dan hasil penjualan itu bisa digunakan untuk proses pengolahan  selanjutnya. Sampah yang dijadikan objek program matching fund ini adalah sampah DLH sisa hasil pengolahan atau  sampah reduce.

Sampah reduce ini akan dijadikan briket menggunakan alat RDF. Prosesnya setelah sampah dicacah lalu dipadatkan. Hasil padatannya ini mempunyai nilai yang kurang bagus untuk standarisasi kelembaban dan semisalnya untuk dijadikan briket. Nah agar hasil produk briket bagus maka ditambahkan tempurung kelapa.

Sehingga, lanjut Cholifah briketnya bisa dibentuk sesuai keinginan serta cocok dijadikan produk jual. Bukan itu saja penambahan tempurung kelapa ini hasilnya nanti akan diuji sesuai dengan standarisasi briket nasional bahkan internasional.

Menurut Cholifah formula yang digunakan bahan baku 60 persen tempurung kelapa dan 40 persen sampah. Supaya menghasilkan briket yang standart. Harapan jangka panjang program matching fund ini selain mendatangkan nilai ekonomis  juga memunculkan UMKM  baru, dan produk ramah lingkungan bermanfaat bagi masyarakat. 

Kelanjutan dari program matching fund ini, kata Cholifah bisa mengurangi menumpuknya sampah di masyarakat yang bisa mengakibatkan penumpukan sampah,  banjir, serta menjadi solusi finansial karena produk briket yang dijual bisa menjadi penghasilan tambahan.  

Tim Dosen UMLA Olah Sampah Jadi Briket Lolos Matching Fund Kemendikbudristek 2

Sekedar diketahui, tambah Cholifah, proses tahapanya dimulai dari proposal awal, seleksi administrasi proposal awal, seleksi pitching, seleksi proposal lengkap, seleksi administrasi proposal lengkap, verifikasi kelayakan proposal lengkap baru pengumuman diterima.

Tim program matching fund UMLA ini selain dirinya sebagai ketua, juga dibantu beberapa anggota yakni Aris Widodo, M.Si, Putri Ayu Ika Setiyowati, M.Si, Jennifer Farihatul Bait, SE, MBA, Aisyah Hadi Ramadhani, SE, MSc, dan Izza Eka Ningrum, M.Pd.

Sebagain informasi tambahan tim program matching UMLA tersebut menetapkan judul Optimasi Pencapaian Lamongan Sebagai Kota Zero Sampah Melalui Teknologi Solid Fuel Eco-Briket Dari Komposit Sampah Sisa Pemilahan.  “Kami memang fokus pada Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bentuk briket,” ujar penerima hibah Ditjen Diktiristek 2021 dalam inovasi dan karakteristik btiket hasil pemanfaatan limbah ini.